Minggu, 05 Desember 2010

Rekan Kerja jadi Seteru

Ketika seseorang melancarkan aksi negatif terhadap Anda, biasanya tanda-tandanya tampak secara eksplisit. ”Artinya, sikap itu juga dilihat orang lain. Jadi, ada baiknya mengonfirmasikan dulu dengan pendapat rekan kerja lain,” ujar Dyah Indri Kumalasari, S.Psi, konsultan dari Experd, lembaga konsultasi pengembangan SDM.
Tanda yang biasanya terlihat adalah rekan kerja tersebut selalu bersikap ketus dan tak ramah kala berkomunikasi dengan Anda. Besar kemungkinan, ia juga tak pernah menyapa dan hanya berbicara seperlunya. Selain itu, ia juga selalu menempatkan diri di pihak oposisi dengan selalu menentang pendapat Anda. Atau, dengan gigih ia selalu berusaha menyalahkan opini maupun hasil kerja Anda. >kerja lowongan
Introspeksi dulu
Sebelum naik darah lantaran mendengar gosip miring yang disebarkan rekan kerja tentang Anda, ada baiknya Anda berhenti sejenak untuk introspeksi. Apakah ada kesalahan Anda di masa lalu yang menyebabkan rekan kerja bersikap demikian? Cobalah mengajaknya bicara berdua di tempat yang privat, untuk menggali penyebab sikapnya tersebut.
”Ketika berbicara, jangan sampai emosi terpancing. Cobalah untuk tetap berkepala dingin,” ujar Indri. Biarkan ia menumpahkan kekesalannya. Ketika emosinya reda, barulah bicara. Bila memang Anda pernah berkata atau melakukan sesuatu yang tak berkenan di hatinya, jangan ragu meminta maaf saat itu juga.
Apa pun yang jadi penyebab, cobalah bicarakan jalan keluar terbaik dengannya. ”Jangan lupa sampaikan bahwa situasi yang tak nyaman itu membuat lingkungan kerja menjadi kurang kondusif. Hal itu tentunya akan berpengaruh buruk terhadap kinerja Anda berdua,” kata Indri.
Jangan Membalas!
Jika solusi terhadap masalah ini masih belum tampak, tahanlah keinginan untuk membalas perlakuannya. Membalas tindakannya bisa jadi bumerang. Siapa tahu selama ini ia memang sengaja memancing Anda untuk berbuat salah. Daripada membalas, tekan gengsi Anda, ajak ia kembali berbicara empat mata.
Sampaikan dengan tegas bahwa Anda amat menghargai bila ia bersedia menyampaikan langsung segala permasalahannya tanpa melibatkan orang lain. Ingatkan bahwa ia pasti punya perasaan sama bila ada di posisi Anda. Meski hati panas, berusahalah menjalin pertemanan dengannya. Bila ia terus menolak diajak berbicara dan sikapnya terus memperlihatkan permusuhan, mungkin lebih baik tak memedulikannya.
Bersikaplah sebiasa mungkin di depan dia. Anggap saja Anda tak pernah punya masalah dengannya. Jika dia merasa bermasalah dengan Anda, itu hak dia. Namun, jika sikapnya telah mengganggu keharmonisan lingkungan kerja – terlebih jika Anda terlibat dalam satu proyek dengannya, mungkin Anda perlu melibatkan atasan sebagai pihak ketiga.
Libatkan Atasan sebagai Penengah
Sebagai pihak ketiga, atasan berfungsi sebagai penengah yang dapat memberikan solusi obyektif sesegera mungkin. Pasalnya, energi negatif di antara Anda berdua berpotensi menimbulkan konflik dan mengganggu kinerja tim. Jangan sampai pertikaian di antara Anda berdua melebar dan merugikan lebih banyak orang.
”Ketika menghadap atasan, akan lebih baik jika Anda dan dia maju bersama-sama, supaya Anda tidak terkesan mencari pembelaan,” ujar Indri. Dengan tindakan ini, Anda juga bisa memberi kesempatan kepada atasan untuk melihat permasalahan dari dua sisi.
Ketika masalah ini sudah tiba di telinga atasan, maka Anda mesti bersiap-siap atas segala konsekuensi yang mungkin terjadi setelahnya. Bisa jadi, salah satu di antara Anda akan dimutasi ke divisi lain. Atau, Anda berdua mungkin bisa tetap berada dalam divisi yang sama, namun dituntut untuk bersikap profesional dan mengesampingkan persoalan pribadi. Apa pun solusinya, terimalah dengan kepala dingin dan berusahalah menjalankan dengan sebaik-baiknya. >loker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar